A. Konsep
Kanker Serviks
1. Anatomi
Serviks
Serviks
atau yang biasa disebut sebagai leher rahim merupakan salah satu bagian dari
uterus. Serviks ini terdiri atas pars vaginalis servitis uteri yang dinamakan
porsio dan pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada
di atas vagina. Saluran yang terdapat dalam serviks di sebut kanalis
servikalis, berbentuk seperti saluran lonjong dengan panjang 2,5cm. saluran ini
dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks. Pintu sebelah dalam di sebut ostium
uteri internum dan pintu di vagina di sebut ostium uteri eksternum (Sarwono
Prawirohardjo, 2008).
2. Pengertian
Kanker Serviks
Kanker leher
rahim atau carcinoma serviks adalah penyakit akibat tumor pada daerah mulut
Rahim akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya. Hal ini merupakan keganasan dari serviks yang
ditandai denga adanya perdarahan lewat jalan lahir atau vagina, tetapi gejala
tidak muncul sampai tingkat lanjut, dimana tanda dan diagnose pasti dapat
ditegakkan dengan menggunakan pap smear (Andi Koibiti, 2011).
3. Etiologi
Kanker Serviks
Sebab
langsung dari kanker serviks belum diketahui. Tetapi ada beberapa faktor
preclis posisi posisi yang dapat mempengaruhi terjadinya kanker serviks yaitu
gadis yang kaitus pertama pada usia amat muda (kurang dari 16 tahun),
multiparitas, jarak persalinan terlampau dekat,social ekonomi randah,hygiene
seksual yang jelek,aktivitas seksual yang sering berganti-ganti
pasangan,infeksi virus HPV tipe 16 atau 18 dan kebiasaan merokok. (sarwono
purwirohardjo, 2008).
4. Stadium
Kanker Serviks
Secara
makroskropi kanker serviks dibagi menjadi beberapa stadium, yaitu :
a. Stadium
preklinik
Tidak dapat dibedakan dengan
cervitis chronica biasa
b. Sadium
permulaan (early stage)
Sering tampak sebagai lesi
disekitar asbum externum, pada batas kedua jenis epitel. Daerah tersebut
terlihat sebagai daerah yang granuler, keras, lebih tinggi dari sekitarnya dan
mudah berdarah. Kadang-kadang permukaannya ditutup oleh pertumbuhan yang
papiler.
c. Stadium
setengah lanjut (moderately advanced stage)
Pada stadium ini, infeksi telah
mengenai sebagian besar atau seluruh bibir parsio. Bentuknya seperti blaemcool.
Bentuk ini disebut everting atau exophitic. Bila tubuhnya ke dalam jaringan
cerviks disebut inverting atau endophytic. Teraba sebagai indurasi yang keras.
d. Stadium
lanjut (advanced stage)
Pada stadium ini terjadi
pengrusakan pada jaringan seviks, sehingga tampaknya seperti ulkus denga
jaringan yang rapuh dan mudah berdarah. Vagina di sekitarnya jadi keras, juga
ligamentum latum sebagai akibat infiltrasi jaringan Cad an juga karena infeksi.
(bagian Obstetri dan Ginekologi fakultas kedokteran Unversiat Padjajaran
Bandung, 1981).
5. Tanda
dan Gejala Kanker Serviks
a. Gejala
kanker leher/mulut Rahim pada stadium dini, yaitu kadang-kadang terjadi
perdatahan , perdarahan setelah berhubungan intim, munculnya keputihan yang
makin lama, makin erbau busuk.
b. Gejala
kangker leher/mulut Rahim pada stadium lanjut, yaitu hilangnya nafsu makan,
menurunnya berat badan, nyeri perut bawah, panggul dan punggung, pendarahan
spontan, pendarahan dari saluran kencing dan anus, keluar feses menyertai urin
melalui vagina, anemia, pembengkakan pada kaki, gagal ginjal.(Andi Kaibito, 2011).
6. Klasifikasi
Klinis Kanker Serviks
Ada
beberapa macam klarifikasi,tetapi yang paling banyak penganutnya ialah yang
dibuat oleh IFGO, yaitu sebagai berikut:
~Stage
0 : Carcinama in situ
~Stage
I : Ca terbatas pada serviks
~Stage Ia : Disertai invasi elari stroma
(preclinical Ca) yang hanya
diketahui secara histologi
~Stage Ib : Semua kasus-kasus lainnya dari stage I
~Stage II : Sudah menjalar ke luar cerviks tapi belum sampai kepanggul
telah mengenai dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian proximal
~Stage III : Sudah sampai dinding Panggul dan 1/3
bagian bawah vagina
~Stage IV : Sudah mengenai bagian-bagian
organ-organ lain.(Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung, 1981).
7. Diagnosis
Kanker Serviks
Tumor
yang sudah lanjut mudah dikenal. Lain halnya dengan tumor stadium dini,
lebih-lebih tumor yang belum memasuki jaringan bawah epitel. Oleh karena itu,
wanita yang telah menikan dianjurkan melakukan pemeriksaan pap smear. Adapun
teknik mengambil cairan pervaginaan adalah:
~Spekulum
dipasang tanpa melakulan pembilasan vulva
~Ambillah lidi kapas, untuk
mengambil cairan pada canalis serviks (parsio) uteri, daerah
furniks posterior,daerah furniks lateralis
~Oleskan
pada objek glas
~Masukkan
kedalam kantung plastic
~Bilas
dengan lakohol 95% sampai 96% sekitar 5 menit
~Keringkan
di udara terbuka
~Paparan
pop smear telah siap dikirim ke dokter ahli patologi anatomi
~Tulis
data-data lengkap tentang penderita (I.B.G. Manuaba, 1998)
Apabila hasil pemeriksaan pop smear
mencurigakan maka pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi. (Sarwono
Prawirohardjo, 1998).
B. Konsep
Anemia
1. Definisi
Anemia secara praktis didefisinikan sebagai kadar
Hb, konsentrasi Hb atau hitung eritrosit di bawah batas normal (Sarwono Prawirohardjo,
2008).
2. Tanda
dan gejala
Sebagian besar pasien yang mengalami anemia akan
memiliki beberapa keluhan, yaitu lemah, pucat, mudah pingsan (Sarwono
Prawirohardjo, 2008).
3. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis anemia dapat dilakukan
pemeriksaan dan pengawasan Hb sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat
digolongkan sebagai berikut:
-
Tidak anemia atau normal : 11 gr%
-
Anemia ringan :
9-10 gr%
-
Anemia sedang : 7-8
gr%
-
Anemia berat :
kurang dari 7 gr% (I. B. G. Manuaba, 1998).
4. Bentuk-bentuk
Anemia
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan
darah. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Komponen
yang berasal dari makanan, terdiri dari, protein, glukosa, lemak, vit B12,
B6, asam folat, vit c dan elemen dasar (Fe, Ion Cu dan zink).
b. Sumber
pembentukan tulang, yaitu sumsum tulang.
c. Kemampuan
reabsorsi usus halus terhadap bahan yang
diperlukan.
d. Umur
sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari.
e. Terjadi
perdarahan kronik (menahun) seperti gangguan menstruasi, penyakit yang
menyebabkan perdarahan pada wanita. Parasite dalam usus halus.
Berdasarakan faktor-faktor tersebut di atas, anemia
dapat digolongkan menjadi:
a. Anemia
defisiensi besi (kekurangan zat besi)
b. Anemia
megaloblastik (kekurangan vitamin B12)
c. Anemia
hemolitik (pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari pembentukan)
d. Anemia
hipoplastik (gangguan pembentukan sel-sel darah) (I. B. G. Manuaba, 1998)
e. Anemia
defisiensi asam folat (kekurangan asam folat)
f. Anemia
penyakit sel sabit (eritrosit berbentuk sabit) (Sarwono Prawirohardj0, 2008).
No comments:
Post a Comment